Beliau adalah seorang adalah Tabi'in. Beliau tak bosan-bosannya memberikan motivasi kepada para putranya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Beliau berkata:
"Wahai putra-putriku, tuntutlah ilmu dan curahkan seluruh tenagamu untuknya. Karena, kalaupun hari ini kalian menjadi kaum yang kerdil, kelak dengan ilmu tersebut Allah menjadikan kalian sebagai pembesar kaum."
Lalu Beliau melanjutkan: "Sungguh menyedihkan, adakah di dunia ini yang lebih buruk daripada seorang tua yang bodoh?"
Beliau anjurkan pula keada mereka untuk memperbanyak sedekah, sedangkan sedekah adalah hadiah yang ditujukan kepada Allah SWT. Beliau berkata:
"Wahai anak-anakku, janganlah kalian menghadiahkan kepada Allah SWT dengan apa yang kalian merasa malu menghadiahkannya kepada para pemimpin kalian, sebab Allah SWT Maha Mulia, Maha Pemurah dan lebih berhak didahulukan dan diutamakan."
Beliau senantiasa mengajak orang-orang untuk memandang suatu masalah dari sisi hakekatnya. Beliau berkata:
"Wahai putra-putriku, jika engkau melihat kebaikan pada seseorang maka akuilah itu baik, walaupun dalam pandangan banyak orang dia adalah orang jahat. Sebab setiap perbuatan baik itu pastilah ada kelanjutannya. Dan jika melihat pada seseorang perbuatan jahat, maka hati-hatilah dalam bersikap walaupun dalam pandangan orang-orang dia adalah orang yang baik. Sebab setiap perbuatan ada kesinambungannya. Jadi camkanlah, kebaikan akan melahirkan kebaikan setelahnya dan kejahatan menyebabkan timbulnya kejahatan berikutnya."
Beliau juga mewasiatkan agar berlemah lembut, bertutur kata yang baik dan berwajah ramah. Beliau berkata:
"Wahai putra-putriku, tertulis di dalam hikmah: "Jadikanlah tutur katamu indah dan wajahmu penuh senyum, sebab hal itu lebih disukai orang daripada suatu pemberian."
Jika beliau melihat seseorang condong pada kemewahan dan mengutamakan kenikmatan, diingatkannya berapa Rasulullah SAW selalu membiasakan diri untuk hidup sederhana.
Sebagai contoh adalah kisah yang diceritakan oleh Muhammad bin Al-Munkadir: "Aku bertemu dengan Urwah bin Zubair. Dia mengandeng tanganku sambil berkata: "Wahai Abu Abdillah." Aku jawab, Labbaik."
Urwah berkata: "Aku pernah menjumpai ibuku Aisyah r.a, lalu beliau berkata: "Wahai anakku, demi Allah, ada kalanya selama 40 hari tak ada api menyala di rumah Rasulullah SAW untuk lampu ataupun memasak." Maka aku bertanya: "Bagaimana Anda berdua hidup pada waktu itu?" Beliau menjawab: "Dengan korma dan air."
Semoga beberapa pesan diatas salah satunya dapat di contohkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Wahai putra-putriku, tuntutlah ilmu dan curahkan seluruh tenagamu untuknya. Karena, kalaupun hari ini kalian menjadi kaum yang kerdil, kelak dengan ilmu tersebut Allah menjadikan kalian sebagai pembesar kaum."
Lalu Beliau melanjutkan: "Sungguh menyedihkan, adakah di dunia ini yang lebih buruk daripada seorang tua yang bodoh?"
Beliau anjurkan pula keada mereka untuk memperbanyak sedekah, sedangkan sedekah adalah hadiah yang ditujukan kepada Allah SWT. Beliau berkata:
"Wahai anak-anakku, janganlah kalian menghadiahkan kepada Allah SWT dengan apa yang kalian merasa malu menghadiahkannya kepada para pemimpin kalian, sebab Allah SWT Maha Mulia, Maha Pemurah dan lebih berhak didahulukan dan diutamakan."
Beliau senantiasa mengajak orang-orang untuk memandang suatu masalah dari sisi hakekatnya. Beliau berkata:
"Wahai putra-putriku, jika engkau melihat kebaikan pada seseorang maka akuilah itu baik, walaupun dalam pandangan banyak orang dia adalah orang jahat. Sebab setiap perbuatan baik itu pastilah ada kelanjutannya. Dan jika melihat pada seseorang perbuatan jahat, maka hati-hatilah dalam bersikap walaupun dalam pandangan orang-orang dia adalah orang yang baik. Sebab setiap perbuatan ada kesinambungannya. Jadi camkanlah, kebaikan akan melahirkan kebaikan setelahnya dan kejahatan menyebabkan timbulnya kejahatan berikutnya."
Beliau juga mewasiatkan agar berlemah lembut, bertutur kata yang baik dan berwajah ramah. Beliau berkata:
"Wahai putra-putriku, tertulis di dalam hikmah: "Jadikanlah tutur katamu indah dan wajahmu penuh senyum, sebab hal itu lebih disukai orang daripada suatu pemberian."
Jika beliau melihat seseorang condong pada kemewahan dan mengutamakan kenikmatan, diingatkannya berapa Rasulullah SAW selalu membiasakan diri untuk hidup sederhana.
Sebagai contoh adalah kisah yang diceritakan oleh Muhammad bin Al-Munkadir: "Aku bertemu dengan Urwah bin Zubair. Dia mengandeng tanganku sambil berkata: "Wahai Abu Abdillah." Aku jawab, Labbaik."
Urwah berkata: "Aku pernah menjumpai ibuku Aisyah r.a, lalu beliau berkata: "Wahai anakku, demi Allah, ada kalanya selama 40 hari tak ada api menyala di rumah Rasulullah SAW untuk lampu ataupun memasak." Maka aku bertanya: "Bagaimana Anda berdua hidup pada waktu itu?" Beliau menjawab: "Dengan korma dan air."
Semoga beberapa pesan diatas salah satunya dapat di contohkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar