Rabu, 22 Juni 2011

Urgensi InsyaAllah


Jauh sebelum pemilu berlangsung, juga saat-saat menjelang hari H-nya, ada sebagian kader yang berbicara dengan nada optimisme yang sangat tinggi-bahkan, menurut sebagian kader lainnya- dapat dikatakan over optimis.

Sebenarnya, optimism atau tafa’ul atau raja’ merupakan satu sifat yang harus dimilki oleh seorang mukmin. Namun, perlu diingat bahwa sifat tafa’ul harus selalu diimbangi dengan rasa ‘adamul amni min makrillah (tidak merasa aman dari makar Allah SWT) dan khauf (takut). Bahkan salah satu ciri seorang mukmin yang yusari’una fil khairat wahnum laha sabiqun-bersegara dalam kebaikan dan menang dalam adu cepat meraih kebaikan itu- adalah wa qulubuhum wa jilatun- hati mereka senantiasa takut dan ngeri jika kebaikan yang dilakukannya tidak diterima Allah SWT.

Mungkin karena terlalu percaya diri, maka sebagian kader jarang sekali mengucapkan ‘insya Allah’ . Sangat urgen bagi seorang mukmin, bahkan bisa dikatakan dharuri. Artinya, kita akan hancur kalau tidak mengucapkan kata “insya Allah”. Seharusnya ucapan insyaAllah kita jadikan karakter, budaya, dan gaya berbicara yang membedakan kita dengan yang lainnya.

Berikut kisah yang menggambarkan betapa urgennya ucapan inyaAllah bagi seorang muslim:

KISAH PERTAMA:

Kisah Nabi Sulaiman

Pada suatu hari, nabi Silaiman AS berkata, “Malam ini akan aku setubuhi 60 atau 70 istriku, sehingga semuanya akan hamil dan masing-masingnya nanti akan melahirkan seorang anak lelaki yang akan menjadi mujahid penunggang kuda fisabilillah.” Namun nabi Silaiman AS lupa mengucapkan insya Allah. Memang betul malam itu nabi Sulaiman AS berhasil mensetubuhi 60 atau 70 istrinya, akan tetapi, dari 60 atau 70 istrinya itu, yang hamil CUMA satu, dan saat melahirkan, anak yang dilahirkannya bukanlah manusia yang sempurna fisiknya, ia hanya berupa badan saja, dalam riwayat lain, ia hanya berupa sebelah manusia saja. Rasulullah SAW bersabda, “Kalau saja nabi Sulaiman AS mengucapkan insya Allah, niscaya akan terwujud apa yang diinginkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

KISAH KEDUA:

Di puncak pertarungan pemikiran antar Rasulullah saw engan kafir Quraisy, orang-orang Quraisy mengirimkan dua orang cendekiawannya sebagai utusan khusus kepada orang-orang Yahudi di Madinah. Tujuannya, agar orang-orang Quraisy mendapatkan dukungan ilmu baru dalam menghadapi Rasulullah saw, yakni An-Nadhar bin Al Harist dan Uqabah bin Abi Mu’ith. Orang-orang Yahudi membekali dua orang cendekiawan itu dengan 3 pertanyaan yang harus mereka ajukan kepada Rasulullah saw. Pertanyaanya adalah:

a. Bagaimana kisah Ashabul Kahfi?
b. Bagaimana kisah Dzul Qarnain?
c. Apa yang dimaksud engan ruh?

Mendapatkan 3 pertanyaan seperti itu Rasulullah saw bersabda, “Besok akan saya ceritakan dan saya jawab.” Akan tetapi beliau lupa mengucapkan insya Allah. Akibatnya, wahyu yang biasanya turun kepada beliau setiap kali menghadapi masalah, terhenti selama lima belas hari. Sedangkan orang-orang Qoraisy setiap hari selalu datang menagih janji Rasulullah saw.

Rasulullah saw sangat sedih dengan kejadian itu. Barulah setelah 25 hari, Allah swt menurunkan surat Al Kahfi yang berisi jawaban atas dua pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Muhammad saw, sedangkan pertanyaan yang ketiga disebutkan Allah Swt dalam surat Al Isra’ ayat 58.
 
Pada penghujung akhir kisah ashabul Kahfi, Allah swt berfirman:
”Jangalah kamu sekali-sekali mengatakan, “Sesungguhnya saya akan melakukan hal ini besok,’kecuali dengan mengatakan insya Allah” (Q.S Al Kahfi: 23-24)

Mungkin ada orang yang berkata, “Bukankah Nabi Muhammad saw telah diampuni dosanya baik yang telah lalu dan yang akan datang? Lalu, mengapa kesalahan kecil dan sepele ini mendapatkan hukuman sedemikian rupa? Bukankah kebaikan beliau selama ini bisa menutup kesalahan kecil atau sepele ini?”.
 
Jawabannya adalah:
Agar hal ini menjadi durus wa ‘ibrar (palajaran dan ibrah) bagi umat-nya. Kalau orang selevel Rasulullah saw saja dihukum sedemikian rupa, bagaimana dengan kita yang penuh dosa?
Ada ungkapan yang mengatakan, “Hasanatul Abrar, sayyiatul muqarrabiin.” Artinya, ada hal-hal tertentu bagi orang-orang abrar (orang baik-baik) disebut hasanat (kebaikan), namun bagi orang-orang yang berkelas muqarrab (yang dekat dengan Allah dan menjadi kekasih-Nya) akan dinilai sebagai sayyiiat(keburukan)

KISAH KETIGA

Pada suatu hari, ketika Nabi Musa a.s sedang mengajar kaumnya, timbul sebuah pertanyaan, “Siapakah yang paling alim di antara kalian?” Nabi Musa a.s menjawab,”Saya.” Atas jawaban itu, Allah swt menegur dan memberitahukan kepadanya bahwa ada seorang hamba Allah yang lebih alim.

Singkat cerita, Nabi Musa As ingin bertemu dan berguru kepada hamba Allah itu. Hamba Allah itu menerima lamaran Nabi Musa a.s, dengan syarat; Nabi Musa as tidak boleh bertanya, berkomentar, apalagi mengingkari apa yang akan dilihatnya sebelum hal itu dijelaskan kepadanya. Nabi Musa as menerima persyaratan itu.

Hamba Allah itu, yang tak lain adalah Nabi Khidir as, berkata, “Akan tetapi kamu tidak akan mampu bersabar.”

Spontan Nabi Musa as menjawab, “Insya Allah kamu akan mendapati diriku sebagai orang yang sabar”
Dalam jawaban ini, Nabi Musa a.s mengucapkan insya Allah. Akan tetapi jawaban itu menunjukkan bahwa Nabi Musa as kurang tawadhu’. Mengapa? Sebab, ia mrngatakan, “…saya sebagai orang yang sabar”
Beliau tidak akan mengatakan, “…saya sebagai bagian dari orang-orang yang bersabar.” Artinya, jawaban nabi Musa as dapat dikonotasikan seakan-akan di dunia tidak ada orang yang sabar selain dirinya.

Karena sedikit kurang tawadhu, terbuktilah bahwa Nabi Mudsa as tidak bisa sabar dalam berguru kepada Nabi Khidir as berbuat sesuatu, Nabi Musa as selalu berkomentar, bahkan mengingkarinya (kisah lengkapnya bisa bisa dilihat di Q.S Al Kahfi: 60-82)

Jawaban Nabiyullah Musa as berbeda dengan jawaban Nabiyullah Ismail as ketika ayahandanya (Nabiyullah Ibrahim as) berkata kepada sang putra yang dicinta itu,”Hai anakku, sesungguhnya, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelih. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”
 
Ia menjawab, “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Q.S Ash-Shaffat:102)

Jawaban Nabiyullah Ismail ini mengandung makna bahwa, di dunia ini banyak sekali orang yang sabar dan ia insya Allah termasuk salah seorang dari mereka. Kemudian, terbuktilah nahwa Nabi Ismail as mampu bersabar.

Semoga Allah Swt. Menjadikan kita semua sebagai hamba-hambanya yang selalu menegmbalikan sesuatu kepada masyi’ah Allah swt, menjadi manusia-manusia yang tawadhu’ dan sabar. Amin!

Sumber:

Kamis, 16 Juni 2011

Biografi Tokoh Islam: Ibnu Sina



Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad.

Karya Ibnu Sina, fisikawan terbesar Persia abad pertengahan , memainkan peranan penting pada Pembangunan kembali Eropa. Ibnu Sina, Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab : أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا) sering dilatinkan Ibnu Sina adalah seorang Persia, fisikawan, filosofis, dan ilmuwan yang lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak orang sebagai “bapak kedokteran modern.” George Sarton menyebut Ibnu Sina “ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu.” pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).

Awal Kehidupan
Kehidupannyan dikenal lewat sumber – sumber berkuasa. Suatu autobiografi membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.

Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan baik di Bukhara.
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya / Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.

Meskipun bermasalah besar pada masalah – masalah metafisika dan pada beberapa tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku – bukunya, mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah menyelesaikan kesulitan – kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari Aristoteles, sampai kata – katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.

Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.



Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran, tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri, menemukan metode – metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa “Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat – obat yang sesuai.” Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak pasien tanpa meminta bayaran.

Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh – musuh Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa karya paling awalnya.

Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier, dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat – bakatnya. Shams al-Ma’äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di Hyrcania.
Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya.



Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.



Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.


Sumber: Blog Triatmojo

Biografi Tokoh Islam: Al Khawarizmi


Nama sebenar al-Khawarizmi ialah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi. Selain itu beliau dikenali sebagai Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Yusoff.  Al-Khawarizmi telah dikanali di Barat sebagai al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-Ahawizmi, al-Karismi, al-Goritmi, al-Gorismi dan beberapa cara ejaan lagi. Beliaulah yang menemukan Al Jabru wal Mukobala. (penjabaran dan penyelesaian). Di nama latinkan menjadi Aljabar.
Beliau telah dilahirkan di Bukhara.  Pada tahun 780-850M adalah zaman kegemilangan al-Khawarizmi.  al-Khawarizmi telah wafat antara tahun 220 dan 230M.  Ada yang mengatakan al-Khawarizmi hidup sekitar awal pertengahan abad ke-9M.  Sumber lain menegaskan beliau di Khawarism, Usbekistan pada tahun 194H/780M dan meninggal tahun 266H/850M di Baghdad. 

PENDIDIKAN 
Dalam pendidikan telah dibuktikan bahawa al-Khawarizmi ialah seorang tokoh Islam yang berpengetahuan luas.  Pengetahuan dan kemahiran beliau bukan sahaja meliputi bidang syariat tapi di dalam bidang falsafah, logik, aritmetik, geometri, muzik, kejuruteraan, sejarah Islam dan kimia. Al-Khawarizmi sebagai guru aljabar di Eropah.  Beliau telah menciptakan pemakaian Secans dan Tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.  Dalam usia muda beliau bekerja di bawah pemerintahan Khalifah al-Ma’mun, bekerja di Bayt al-Hikmah di Baghdad. Beliau bekerja dalam sebuah observatory iaitu tempat menekuni belajar matematik dan  astronomi.  Al-Khawarizmi juga dipercayai memimpin perpustakaan khalifah.  Beliau pernah memperkenalkan angka-angka India dan cara-cara perhitungan
India pada dunia Islam.  Beliau juga merupakan seorang penulis Ensiklopedia Pelbagai Disiplin. 
Al-Khawarizmi adalah seorang tokoh yang mula-mula memperkenalkan aljabar dan hisab.  Banyak lagi ilmu pengetahuan yang beliau pelajari dalam bidang matematik dan menghasilkan konsep-konsep matematik yang begitu popular sehingga digunakan pada zaman sekarang.

PERANAN DAN SUMBANGAN AL-KHAWARIZMI  Gelaran Al-KhawarizmiGelaran Al-Khawarizmi yang dikenali di Barat ialah al-Khawarizmi, al-Cowarizmi, al-karismi, al-Goritmi atau al-Gorism.  Nama al-gorism telah dikenali pada abad pertengahan.  Negara Perancis pula al-Gorism  muncul sebagai Augryam atau Angrism.  Negara Inggeris pula ia dikenali sebagai Aurym atau Augrim. Sumbangan Al-Khawarizmi Melalui KaryaSumbangan hasil karya beliau sendiri, antaranya ialah :
  1. Al-Jabr wa’l Muqabalah : beliau telah mencipta pemakaian secans dan tangens dalam penyelidikan trigonometri dan astronomi.
  2. Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Beliau telah mengajukan contoh-contoh persoalan matematik dan telah mengemukakan 800 buah soalan yang sebahagian daripadanya merupakan persoalan yamng dikemukakan oleh Neo. Babylian dalam bentuk dugaan yang telah dibuktikan kebenarannya oleh al-Khawarizmi.
  3. Sistem Nomor : Beliau telah memperkenalkan konsep sifat dan ia penting dalam sistem Nomor pada zaman sekarang. Karyanya yang satu ini memuat Cos, Sin dan Tan dalam penyelesaian persamaan trigonometri , teorema segitiga sama kaki dan perhitungan luas segitiga, segi empat dan lingkaran dalam geometri.
Ini adalah contoh-contoh sebahagian beliau yang telah dihasilkan dalam penulisan karya dan ia telah menjadi popular serta dipelajari oleh semua masyarakat yang hidup di dunia ini.  Hasil Karya Al-Khawarizmi Sepertimana yang telah kita ketahui, Al-Khawarizmi dapat menghasilkan karya-karya agung dalam bidang matematik.  Hasil karya tersebut terkenal pada zaman tamadun Islam dan dikenali di Barat.Antara hasil karya yang telah beliau hasilkan ialah :
  1. Sistem Nombor : ia telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin iaitu De Numero Indorum.
  2. ‘Mufatih al-Ulum’ : yang bermaksud beliau adalah pencinta ilmu dalam pelbagai bidang.
  3. Al-Jami wa al-Tafsir bi Hisab al-Hind : Karya ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin oleh Prince Boniopagri.
  4. Al-Mukhtasar Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah : Pada tahun 820M dan ia mengenai algebra.
  5. Al-Amal bi’ Usturlab’
  6. Al-Tarikh
  7. Al-Maqala Fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabilah
Ketokohan al-Khawarizmi 
Setiap tokoh mempunyai sifat ketokohannya yang tersendiri.  Ketokohan al-Khawarizmi dapat dilihat dari dua sudut iaitu dari bidang matematik dan astronomi.  Namun bidang matematik akan diperjelaskan secara terperinci berbanding astronomi kerana ia melibatkan kajian yang dikaji. Dalam bidang matematik, al-Khawarizmi telah memperkenalkan aljabar dan hisab.  Beliau banyak menghasilkan karya-karya yang masyhor ketika zaman tamadun Islam.  Antara karya-karya yang  beliau hasilkan ialah ‘Mafatih al-Ulum’.  Sistem nombor adalah salah satu sumbangan dan telah digunakan pada zaman tamadun Islam. Banyak kaedah yang diperkenalkan dalam setiap karya yang dihasilkan.  Antaranya ialah cos, sin dan tan dalam trigonometri penyelesaian persamaan, teorem segitiga sama juga segitiga sama kaki dan mengira luas segitiga, segi empat selari dan bulatan dalam geometri.  Masaalah pecahan dan sifat nombor perdana dan teori nombor juga diperkenalkan.  Banyak lagi konsep dalam matematik yang telah diperkenalkan al-khawarizmi sendiri. 
Bidang astronomi juga membuatkan al-Khawarizmi dikenali pada zaman tamadun Islam.  Astronomi dapat ditakrifkan sebagai ilmu falaq [pengetahuan tentang bintang-bintang yang melibatkan kajian tentang kedudukan, pergerakan, dan pemikiran serta tafsiran yang berkaitan dengan bintang]. Seawal kurun ketiga lagi lagi, al-Khawarizmi telah menghasilkan dua buah yang salah satu dari padanya telah diterjemahkan ke Bahasa Latin dan memberi pengaruh besar ke atas Muslim dan orang Spanyol dan Kristian. Penggunaan matematik dalam astronomi sebelum tamadun Islam amat sedikit dan terhad.  Ini disebabkan oleh kemunduran pengetahuan matematik yang terhad kepada pengguna aritmetik dan geometri sahaja. 

Peribadi al-Khawarizmi 
Keperibadian al-Khawarizmi telah diakui oleh orang Islam dan juga Barat.  Al-Khawarizmi telah dianggap sebagai sarjana matematik yang masyhur oleh orang Islam dan ia diperakui oleh orang Barat.  Ini dapat dibuktikan bahawa G.Sarton mengatakan “pencapaian-pencapaian yang tertinggi telah doperolehi oleh orang-orang Timur….”  Maka temasuklah al-Khawarizmi itu sendiri. Al-Khawarizmi patut disanjungi kerana beliau adalah seorang yang pintar. Menurut Wiedmann pula berkata….’ al-Khawarizmi mempunyai personaliti yang teguh dan seorang yang bergeliga sains’.  Setiap apa yang dinyatakan oleh penulis, ini telah terbukti bahawa al-Khawarizmi mempunyai sifat keperibadian yang tinggi dan sekaligus disanjung oleh orang Islam. 

Strategi Pengislaman Sains Matematik
Pengislaman sains matematik seharusnya berlandaskan dengan beberapa perkara iaitu, ia hendaklah berlandaskan tauhid, syariah dan akhlak.  Ini kerana ia perlu bagi tokoh-tokoh yanh beragama Islam supaya melaksanakan setiap pekerjaan atau tugasan yang mengikut undang-undang Islam. 
  1. Tauhid
Tauhid merupakan landasan falsafah matematik Islam sepertimana dengan ilmu-ilmu Islam yang lain.  Mengikut matlamat  Islam, semuanya Ayyatullah [tanda-tanda Allah iaitu symbol kebesaran, kewujudan dan keEsaan Tuhan.  Ungkapan yang wujud sewajarnya mencorakkan kegiatan matematik.  Setiap falsafah dan epistemology sains matematik kita tidak harus diterima bulat-bulat tanpa syarat. 

2.      Syariah
Berasaskan kepada undang-undang yang mengenali tindak tanduk masyarakat.  Keharmonian dan tanggungjawab kepada umat dan hak diri.  Dari sudut ini, ahli matematik Islam yang coba menyelesaikan masaalah yang melibatkan perbuatan hukum syariah seperti judi, riba dan mencabar kebenaran hakiki daripada agama samawi untuk memperkukuhkan lagi Institusi.  Oleh itu, matematik Islam hendaklah berkembang selari dengan keperluan manusia dan perkembangan ini juga harus di dalam sudut syariah. 

3.      Akhlak
Ciri-ciri akhlak mulia hendaklah disemaikan kedalam matematik dan juga ia perlu dimasukkan kedalam ilmu-ilmu Islam yang lain agar manusia dapat menerapkan nilai murni.  Ilmu yang dipelajari contahnya akhlak yang terdapat dalam bidang matematik ini adalah penemuan aljabar yang melambangkan keadilan.  Ini kerana keadilan itu dituntut oleh agama Islam itu sendiri.  Melalui asas pradigma tauhid dan sya’iyah itu dapat memperkukuhkan lagi pembinaan akhlak. 

Cabang Matematika 
Antara cabang yang diperkanalkan oleh al-Khawarizmi seperti geometri, algebra, aritmetik dan lain-lain.  Geometri Ia merupakan cabang kedua dalam matematik.  Isi kandungan yang diperbincangkan dalam cabang kedua ini ialah asal-usul geometri dan rujukan utamanya ialah Kitab al-Ustugusat[The Elements] hasil karya Euklid : geometri dari segi bahasa berasal daripada perkataan yunani iaitu ‘geo’ bererti bumi dan ‘metri’ bererti sukatan.  Dari segi ilmunya pula geometri itu adalah ilmu yang mengkaji hal yang berhubung dengan magnitud dan sifat-sifat ruang.  Geometri ini mula dipelajari sejak zaman firaun [2000SM].  Kemudian Thales Miletus memperkenalkan geometri Mesir kepada Grik sebagai satu sains dedukasi dalam kurun ke6SM.  Seterusnya sarjana Islam telah mengemaskanikan kaedah sains dedukasi ini terutamanya pada abad ke9M. Algebra/aljabarIa merupakan nadi untuk matematik algebra.  Al-Khawarizmi telah diterjemahkan oleh Gerhard of Gremano dan Robert of Chaster ke dalam bahasa Eropah pada abad ke-12.  sebelum munculnya karya yang berjudul ‘Hisab al-Jibra wa al Muqabalah yang ditulis oleh al-Khawarizmi pada tahun 820M.  Sebelum ini tak ada istilah aljabar.

Sumber:
Blog Zainuri http://zainurie.wordpress.com/2007/03/28/biografi-al-khawarizmi/
http://hafez.wordpress.com/

Jumat, 03 Juni 2011

Lelah Batin

Sudah 1 bulan kira-kira udah ga ngetik lagi.. hari ini jadi pengen ngetik sesuatu..
Karena ngeliat kata-kata mutiara aa'gym jadi pengen nulis, yang isinya gini
"Lelah badan tak seberapa dibandingkan lelah batin, penyebab lelah batin di antaranya terlalu berharap dan bergantung kepada sesama makhluk bukan kepada Penciptanya."






Lelah batin ini sungguh menguras energi pikiran dan menimbulkan penyakit hati. Lelah batin umumnya berasal dari pikiran yang terusik oleh suatu masalah alias stres.


Lelah batin ini terasa kepada sesama makhluk, yaitu kita manusia dengan manusia. Karena ketika kita memberikan kepercayaan kepada orang lain dan orang tersebut tidak menjalankan apa yang kita percayakan, pastilah kita akan merasa kecewa kepadanya.


Terkadang kita ingin sekali mendapatkan pujian dari orang lain, kepercayaan dari orang lain, ataupun perhatian dari orang lain. Apalagi jika kita harus memperhatikan orang lain yang orang itu juga belum tentu memperhatikan kita. Yang kita rasakan malah resah atau kesal. Bahkan dengan susah payah kalian ingin dipuji, sampai mengorbankan sesuatu  yang kalian sendiri belum tentu mendapatkannya. mungkin dari Guru atau teman sebaya kita.

Tapi apakah kalian ingat kepada Pencipta kita? yang sebenarnya tanpa kita meminta saja Allah telah memberikan kita oksigen untuk dihirup, hidung  yang digunakan untuk menghirup oksigen, mata untuk melihat, dan masih banyak lagi nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Sebenarnya pujian dan perhatian Allah lah yang lebih mulia untuk kita dapatkan. Jadi lah hamba yang bertaqwa, karena yang membedakan kedudukan seseorang di mata Allah adalah ketaqwaan, bukan kepintaran ataupun harta. Mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Amar ma'ruf nahi mungkar.

Wallahua'lam
semoga dapat bermanfaat :)